Personal

Ayahku Kini 50 Tahun

Sejak aku bangun tidur pagi ini, reminder di HP menunjukkan bahwa hari ini hari lahir ayahku. Aku tak acuh pada informasi itu, sampai kemudian 2,5 jam setelahnya aku menutup reminder tersebut. Lalu aku baru mengingat-ingat, berapa tho usia ayahku sekarang?

50 tahun….

Seketika aku menangis…. sampai ingus ini keluar…. aku masih menangis meski air mata tak kuasa keluar lagi.

Padahal aku sangat jarang sekali menangis. Terakhir, saat nenekku meninggal 5 bulan yang lalu.

Aku menangis, karena 50 tahun bukan angka yang kecil. Selama 21 tahun ini, apa aku sudah berusaha maksimal untuk membahagiakan orang tuaku? Sepertinya kok sebagian besar waktuku malah kubuang sia-sia. Untuk nontonlah, baca manga-lah, having fun di internet lah.

Padahal, ayahku sudah banting tulang berangkat pagi pulang malam sering keluar kota, tapi aku malah menyia-nyiakan usaha yang beliau lakukan.

Padahal, ayahku sudah seringkali menasihatiku untuk selalu memanfaatkan waktu. Aku ingat betul saat aku sedang pergi -aku lupa entah kemana, kayaknya malem- lalu beliau meng-sms-ku untuk ingat Al-Mukminun 1-6.

Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tidak berguna,… (Q.S. Al-Mukminun[23]:1-3)

tapi aku sering lupa dengan ayat ini 😦

Di antara segala kesalahanku kepada ayah, ini yang paling aku sesalkan: belum bisa memenuhi amanah untuk selalu memanfaatkan waktu. Aku tahu betul bagaimana ayahku benar-benar memanfaatkan waktunya.

Ayahku yang sangat jarang menonton televisi. Ayahku yang berusaha meluangkan waktu untuk keluarga di akhir pekan meskipun aku malah pergi entah ke mana. Ayahku yang kemampuan coding-nya oke punya, meskipun background pendidikan bukan dari komputer. Ayahku yang selalu dibanggakan eyang karena meraih gelar Doktor di usia 29 tahun. Ayahku yang memiliki tanggung jawab besar terhadap orang banyak dengan berbagai macam permasalahannya, tapi masih selalu ingat untuk menanyakan kabar skripsiku. Ayahku yang selalu mendorongku untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya, bahwa Islam itu butuh orang-orang cerdas, tidak sekedar berdakwah seadanya. Ayahku yang mengingatkan untuk tidak fanatik terhadap suatu golongan, bersikap kritis dan logis, mendukung orang-orang yang benar-benar capable, bukan karena dari golongan tertentu.

Ayahku yang aku yakin tidak sadar kalo hari ini hari lahirnya.

I’m so proud to be your daughter, Dad :’)

Semoga aku bisa jadi anak yang lebih baik lagi, yang bisa mengantar kedua orang tuaku menuju surga. Aamiin… (worship)

15 tanggapan untuk “Ayahku Kini 50 Tahun”

  1. aamiin fay aamiiin
    semacam mengingatkanku dengan bapakku jg fay.. 😦
    waktu aku berangkat untuk tinggal sendirian di Swedia,
    nasehatnya tu bukannya yang, mbak dijaga pergaulannya lho, mbak jangan ketularan bule lho, tapi simply… mbak jangan melakukan hal yang sia-sia ya. :/
    setelah sampe sana, ternyata ga mudah ya,, dan jadi sadar emang kesia2an itu asal mula dari “problem” lain.

    salut buat ayahnya fay 🙂 barakallah..

    Suka

    1. benerr banget mbaaakkk…
      suka banget, “kesia2an itu asal mula dari ‘problem’ lain”. superr like thisss (y)
      ayahnya mb alvey juga okee punya! barakallah untuk keluarga subandi ^^

      Suka

  2. semoga ayah iyus diberi sisa umur yang penuh berkah dan diberi akhir hidup yang khusnul khotimah serta memiliki anak perempuan yang layaknya seindah-indah perhiasan di dunia.

    salam buat ayahmu yus 🙂

    Suka

  3. wah, jadi inget bapak juga.. usianya 50 juga..
    Karena aku cengeng, nasihatnya waktu aku mau pergi, ‘kalau ada apa2, jangan cuma bisa nangis’ 😦
    Semangat, mbak fay! lagi blog-walking nih aku, ketemu blognya mbak fay 🙂
    -Anisah

    Suka

Tinggalkan Balasan ke fayruzrahma Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.